Judul : Milea , Suara Dari Dilan
Pengarang : Pidi Baiq
Tebal : 357 halaman
Terbit : 2016
Penerbit : PT. Mizan Pustaka
Aku
baru membeli buku ini minggu kemarin. Yah . . . tergolong telat untuk orang
yang sebenarnya menantikan terbitnya buku ini. Saat aku datang ke toko buku,
Milea Suara dari Dilan sudah bertengger di rank nomor satu buku best seller di
toko buku tersebut. Baru sadar rupanya
bukan aku saja yang terpesona oleh Dilan hehehhe <3.
Bagi
aku yang memuja Dilan di buku pertama jujur aku kurang puas dengan Dilan yang
ada dalam buku ini. Kenapa begitu?
Karena buku ini menyadarkanku how truly
Dilan , buku ini seolah bilang padaku seperti ini :
“Hai
Dear . . . Dilan itu manusia biasa
bukan
laki-laki super istimewa yang secara tak sengaja kau gambarkan dalam benakmu”.
Meskipun
aku kecewa dengan karakter Dilan yang tidak se”wah” di buku pertama namun
menurutku buku ini tetaplah bagus untuk dibaca. Buku Milea . . . Suara dari Dilan memang cocok untuk
melengkapi Dilan pertama dan kedua. Ketidaksempurnaan karakter Dilan malah bisa
menjadi penguat kesan bahwa kisah Dilan-Milea memang benar pernah terjadi.
Buku
ini diawali dengan BAB pendahuluan dari Dilan sendiri yang akhirnya mau ikut
mewujudkan buku Milea . . . Suara Dari Dilan. Dan ternyata si Dilan sendiri
merasa aneh dan risih karena di dua buku sebelumnya seolah dia menjadi orang
yang sangat diinginkan :d . Pada bab pendahuluan ini pula Pidi Baiq mengatakan
“ . . . pada intinya bukan lagi soal asmara.
Novel
suara Dilan harus bisa menjadi pelajaran buat mereka yang baca”
Dan
menurutku tujuan itu cukup berhasil. Ada beberapa pelajaran yang bisa kita
ambil.
Yang pertama-- seperti yang
tertera dalam buku Dilan . . . Dia adalah Dilanku tahun 1991
“
Tujuan pacaran adalah untuk putus,
bisa karena menikah bisa karena berpisah”
Jadi
kesimpulannya kalau pacaran dan putus ya sudah , sedih boleh tapi tak perlu
juga berlarut-larut akan selalu ada kisah selanjutnya yang menyambut.
Yang
kedua—apapun masalah yang mengganjal suatu hubungan, lebih baik bicarakanlah.
Jangan sampai seperti Dilan-Milea yang merasa menjadi korban kesalah pahaman.
Yang
ketiga – di usia remaja seperti kisah dalam buku ini perluaslah pandangan
jangan fokus pada masalah cewek/cowok saja. Seperti Dilan yang tetap menjaga
hubungan baik dengan teman-teman dan keluarga. Hingga saat memiliki masalah
dengan Lia, sahabat dan keluarganya menjadi pihak yang ikut membantunya menjadi
tetap “waras”.
Terlepas
dari selera masing-masing cewek yang berbeda, menurutku Dilan memang kriteria
pacar idaman saat SMA (maksudnya seandainya aku masih SMA =)) ). Ada
beberapa point plus dari Dilan yang tidak terhapus pada novel ini.
- Humoris . . . Tidak bermaksud menggeneralisasikan tapi memang rata-rata cewek suka pria humoris. Dan Dari buku Dilan pertama hingga Milea ini sudah menunjukkan kalau Dilan itu orangnya lucuuuu
- Gak gampang marah . . . Dilan mungkin mudah terpancing emosinya saat menyangkut masalah lain. Namun saat menghadapi Milea, Dilan bisa menjadi orang yang sangat sabar.
- Pinter . . . Meskipun anak geng motor yang selalu dianggap nakal, tapi Dilan pinter di sekolah lulus UMPTN pula
- Suka bikin surprise . . . Banyak hal istimewa dari Dilan untuk Milea contohnya tiba-tiba datang dan nyamar jadi utusan kantin, ngasi coklat dengan perantara tukang sayur sampai tukang koran, ngirim tukang pijet, dll.
- Romantis . . . romantisnya Dilan bukan romantis lebai ala drama yaa . . . bacalah dan kau akan mengerti.
- Protected . . . bisa melindungi ceweknya. Yang satu ini bukan karakter utama yang biasanya diinginkan sih. Cuma siapa yang tak mau kalau merasa aman karena tau kalau pacarnya siap sedia menjaganya.
Eh
ini tadi ngereview buku-nya apa Dilan-nya ya. Heheheh kalau lagi ngomongin
Dilan jadi terbawa suasana. :p
Dan
akhirnya kesimpulanku secara subjektif aku menganggap buku ini worth it untuk dimiliki. And . . . .
Hi
Dilan I Still Adore You