Wednesday, 18 March 2015

Resensi buku Stalking Indonesia by Margareta Astaman


Judul          : Stalking Indonesia
Pengarang  : Margareta Astaman
Tebal           : 200 halaman
Terbit          : Jakarta, 2014
Penerbit      : PT Kompas Media Nusantara
            Pada dasarnya buku ini berisi tentang cerita tentang pengalaman penulis saat tarvelling di Indonesia. Penulisan dengan gaya bahasa yang santai serta tanpa istilah-istilah rumit membuat buku ini jadi bacaan yang menyenangkan buat saya.
            Namun dalam buku ini pula terdapat unsur “mengkritisi” berbagai problematika negeri ini. Permasalahan yang dikritisi tentu saja dari sudut pandang wisata pula. Misalnya tentang Lajukang yang terpencil hingga warung makan disana tidak menyajikan mi goreng sesuai instruksi dalam kemasan , atau tentang berwisata dan ditipu seolah sudah menjadi dua sisi mata uang.
            Buku ini adalah buku pertama dari Margareta Astaman yang pernah saya baca. Jadi saya tidak tau apakah memang idealisme dan cara pandangnya dalam mengkritisi berbagai masalah tersebut selalu tertuang dalam setiap tulisannya atau tidak, namun begitu saya menyukai cara pandangnya ^^.
            Meskipun bertema traveling namun buku ini tidak membahas panduan terperinci mengenai cara menuju suatu tempat atau objek-objek wisata yang berada di wilayah yang dikunjungi. Penulis lebih banyak menuangkan pengalaman pribadinya serta analisisnya tentang tempat yang dikunjungi. Yang saya maksud analisis disini adalah pandangan penulis dalam arti yang luas bukan hanya traveling, misalnya tentang pandangan masyarakat setempat, kejujuran para pencari nafkah disuatu tempat wisata atau hal-hal yang sedikit berat yang menyangkut pemerintahan.
Selanjutnya di akhir setiap bab ada saran-saran dari penulis yang diwujudkan dalam "perjalanan pangkal kaya" dan "perjalanan penuh gengsi". hampir semuanya merupakan saran serius, namun juga ada beberapa yang hanya guyonan saja.
            Dalam buku ini ada banyak pernyataan Margareta Astaman yang menurut saya bener banget, beberapa diantaranya:

“ketulusan memberi, bukan ciri khas daerah yang sudah mengenal komersialisasi”
“Bukan Bule yang melakukan pembedaan dan diskriminasi, tetapi justru orang Indonesia sendiri”
“Sulit untuk melihat sesuatu yang dilakukan setiap hari dan oleh diri sendiri sebagai kegiatan yang asyik”
“Dunia mana yang sanggup mengingatnya sebagai milik Indonesia kalau hanya warga diatas gunung yang masih bisa terhibur dengan Reog”

            Dan pada akhirnya judul “Stalking Indonesia” memang cocok disandang buku ini. Karena informasi yang disajikan memang tentang “ngepo-in” informasi-informasi "tersembunyi" tentang traveling di Indonesia. ^^



No comments:

Post a Comment

Bagikan

>