Monday, 15 February 2016

Supernova - Akar , aku berubah pikiran



Judul                    : Supernova, episode Akar
Pengarang       : Dee Lestari
Tebal                   : 295 halaman
Terbit                  : 2015 (cetakan ketujuh)
Penerbit            : PT. Bentang Pustaka

                Pertama baca buku ini waktu masih kuliah, tahun 2004 masa muda, masa lebay, masa mendrama tersenyum lebar. Aku ingat betul waktu itu aku tak selesai membacanya, yang pertama karena aku tak paham jalan ceritanya dan kedua karena kupikir buku ini adalah cerita lanjutan dari kisah Ferre dan Rana, yang ternyata bukan. Buku ini memiliki kisahnya sendiri.
                Dan minggu lalu saat ketoko buku aku tergoda membelinya, kangen dengan pemikiran tak biasa dari Dee (tahun 2004 baca supernova hasil minjem temen). Berbeda dengan Supernova pertama dimana bagian bukunya terdapat selang seling cerita antara pengarang dan tokoh yang diceritakannya (Reuben-dimas, Ferre-Rana). Buku ini terbagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama tentang menghilangnya Diva Anastasia saat jungle walking di Amerika Selatan yang kisah ini terputus dan entah akan muncul lagi di Supernova yang mana. Bagian kedua dan merupakan sebagian besar isi buku ini adalah tentang kisah Bodhi. Dan bagian ketiga seperti sebuah epilog saat Bodhi di jakarta yang seolah akan menyambungkan buku ini dengan Supernova selanjutnya.
Puisi Dee di halaman awal buku ini, salah satu favoritku cium
                Bodhi seorang manusia tak biasa, kepala plontos dengan tonjolan yang membuatnya terlihat seperti monster. Selain seorang tukang tatto Bodhi juga bagian dari komunitas punk yang digawangi Bong, seorang dengan pemikiran tak biasa dalam menghadapi berbagai persoalan kehidupan.
                Bong dan Bodhi selalu mengadakan “orientasi” untuk anggota baru yang bergabung dalam komunitas mereka. Dimana orientasi itu berisi cerita kehidupan Bodhi. Dipertengahan buku ini aku sampai lupa bahwa cerita ini adalah tentang Bodhi sedang bercerita pada empat orang anak yang baru bergabung dengan mereka.
                Kisah Bodhi dimulai dari kelahirannya yang entah dari rahim yang mana dan selanjutnya dirawat oleh seorang biksu di Lawang. Dan ia meninggalkan vihara untuk merantau ke berbagai tempat seperti Medan, Thailan, Laos, hingga Kamboja untuk mendapatkan jati dirinya. Beberapa tokoh istimewa bertemu dengannya yang beberapa diantaranya tak berlanjut, salah satunya adalah Star, perempuan cantik yang membuat Bodhi tak memahami perasaan yang baru dialaminya saat bersama Star.
                Dari buku ini sepatutnya dipahami konsep “anti kemapanan” pada komunitas punk. Hidup Bodhi dan Bong memang tak mapan tapi mereka bukannya tak punya tujuan hidup. Bahkan mereka terkadang lebih “open minded” dibanding mereka yang kehidupannya sudah mapan.
Beberapa kutipan nyentil dari buku ini :
“Kamu memilih jalur susah untuk perjalanan yang mestinya sangat gampang. Dasar manusia.”
“apa yang kukira batasku hari ini ternyata masih punya ujung baru esok harinya”
“manusia yang selalu hidup di benang perbatasan antara waras dan gila, antara kata mutiara dan umpatan durjana adalah manusia yang paling kesepian.”
“bagaimana mungkin ada seteru jika tak ada konsep ambisi”
Itulah beberapa kutipan yang kuingat dari buku ini. Setelah kupikir lagi , wajar kalu 11 tahun lalu aku tak tertarik dengan buku ini. Saat itu daftar bacaanku tidak seberagam sekarang dan jiwaku jiwa remaja penyuka drama. Kalau aku yang sekarang . . . tentu saja I’ll said I love this book.


No comments:

Post a Comment

Bagikan

>