Monday, 15 February 2016

Supernova - Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh



Judul          : Supernova, episode Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh
Pengarang   : Dee Lestari
Tebal          : 343 halaman
Terbit         : 2015 (Edisi 2, cetakan kedua)
Penerbit      : PT. Bentang Pustaka
Rupa buku yang kupunyai, cetakan kedua dari Edisi II yang terbit tahun 2014.
Sepertinya aku tak perlu menuliskan terlebih dahulu sinopsis buku ini. Buku yang pernah kubaca saat baru masuk kampus. Pastinya sudah banyak yang menuliskan sinopsisnya, sudah sempat dibuat film pula tahun lalu.
Aku sedang mengingat – ingat, kenapa dulu aku begitu terpesona pada kisah Rana-Ferrejatuh cinta, padahal dulu aku paling anti dengan cerita cinta segitigawajah tanpa emosi. Dan aku ingat . . . dulu aku menyukainya karena puisi-puisi Ferremelamun. Sampai sekarang saat membacanya lagi pun aku masih menyukainya. Kalau sekarang dibilangnya "baper banget" pokoknya sama si Ferrepipi memerah.
          Buku ini juga campuran bacaan berat dan ringan, berat karena banyak kata-kata tentang ilmu fisika dan istilah-istilah sains lainnya. Ringan dari dramanya yang memainkan perasaan pembaca sepertiku. Dua kata sains yang kutangkap dari novel ini adalah bifukrasi dan clarity. Kalau bahasanya anak sekarang dibilang lagi galau mungkin itulah yang bisa disebut bifukrasi masa dimana kita memikirkan masalah dengan cara teramat dalam. Hasil pemikiran itu bisa menjerumuskan kita pada sesuatu yang lebih “salah” atau membawa kita pada clarity. Seperti itulah yang bisa kutangkap dari buku ini dari kisah Ferre.
          Setelah membaca kembali buku ini, aku menemukan kutipan-kutipan yang saat membacanya dalam hati aku berkata “so true”. Kutipan yang entah berapa belas tahun lalu tak kuperhatikankutu buku.

 “disanalah misteri cinta bukan? Ketika hati dapat menjangkau kualitas-kualitas yang tidak tertangkap mata”
“kejenuhan – sekrup kecil yang longgar. Keresahan yang terabaikan”
“satu masalah abstrak yang sangking abstraknya malah jadi tidak terperhatikan.”
“mata yang sama mausia yang sama, tapi pandangan yang sama sekali lain”
“untuk itulah ia membuthkan teknologi, sekadar jadi pembatas buku dari halamn-halaman waktu”
“karena sesungguhnya, dalam ketidakpastian manusia dapat berjaya, menggunakan potensinya untuk berkreasi”
“Taruhanmu adalah rasa percaya yang kau lego satu per satu demi sesuatu bernama cinta”
“tidak ada seorangpun mampu melengkapi apa yang sudah utuh. Tidak ada sesuatupun dapat mengisi apa yang sudah penuh.”
“ia mengerti betul susahnya mencabut jangkar yang sudah terpaut dalam”
“aku siap setiap detik kau siap, tapi kau tak pernah siap”
“kehancuranmu adalah awal kesadaranmu”
dan lihatlah kini kamu jadi ksatria sejati. Jatuh tapi mampu bangkit, melesat tapi tidak hancur”
Hingga novel ini berakhir seolah kisah Rana dan Ferre belum usai, hingga dulu aku menantikan lanjutannya. (itu dulu waktu belum ngeh kalau Supernova memang rumit.) Meski rumit, buku ini adalah buku favorit keduaku di masa itu, setelah seri Harry Potter tentunyatersenyum lebar.



No comments:

Post a Comment

Bagikan

>