Judul : Supernova, episode Ksatria, Puteri
dan Bintang Jatuh
Pengarang : Dee Lestari
Tebal : 343 halaman
Terbit : 2015 (Edisi 2, cetakan kedua)
Penerbit : PT. Bentang Pustaka
Rupa buku yang kupunyai, cetakan kedua dari Edisi II yang terbit tahun 2014. |
Sepertinya
aku tak perlu menuliskan terlebih dahulu sinopsis buku ini. Buku yang pernah
kubaca saat baru masuk kampus. Pastinya sudah banyak yang menuliskan
sinopsisnya, sudah sempat dibuat film pula tahun lalu.
Aku
sedang mengingat – ingat, kenapa dulu aku begitu terpesona pada kisah
Rana-Ferre, padahal dulu aku paling anti dengan cerita cinta segitiga. Dan aku
ingat . . . dulu aku menyukainya karena puisi-puisi Ferre. Sampai sekarang saat
membacanya lagi pun aku masih menyukainya. Kalau sekarang dibilangnya "baper
banget" pokoknya sama si Ferre.
Buku ini juga campuran bacaan berat
dan ringan, berat karena banyak kata-kata tentang ilmu fisika dan
istilah-istilah sains lainnya. Ringan dari dramanya yang memainkan perasaan
pembaca sepertiku. Dua kata sains yang kutangkap dari novel ini adalah
bifukrasi dan clarity. Kalau bahasanya anak sekarang dibilang lagi galau
mungkin itulah yang bisa disebut bifukrasi masa dimana kita memikirkan masalah
dengan cara teramat dalam. Hasil pemikiran itu bisa menjerumuskan kita pada
sesuatu yang lebih “salah” atau membawa kita pada clarity. Seperti itulah yang
bisa kutangkap dari buku ini dari kisah Ferre.
Setelah membaca kembali buku ini, aku
menemukan kutipan-kutipan yang saat membacanya dalam hati aku berkata “so
true”. Kutipan yang entah berapa belas tahun lalu tak kuperhatikan.
“disanalah misteri cinta bukan? Ketika hati
dapat menjangkau kualitas-kualitas yang tidak tertangkap mata”
“kejenuhan – sekrup kecil
yang longgar. Keresahan yang terabaikan”
“satu masalah abstrak yang
sangking abstraknya malah jadi tidak terperhatikan.”
“mata yang sama mausia yang
sama, tapi pandangan yang sama sekali lain”
“untuk itulah ia membuthkan
teknologi, sekadar jadi pembatas buku dari halamn-halaman waktu”
“karena sesungguhnya, dalam
ketidakpastian manusia dapat berjaya, menggunakan potensinya untuk berkreasi”
“Taruhanmu adalah rasa
percaya yang kau lego satu per satu demi sesuatu bernama cinta”
“tidak ada seorangpun mampu
melengkapi apa yang sudah utuh. Tidak ada sesuatupun dapat mengisi apa yang
sudah penuh.”
“ia mengerti betul susahnya
mencabut jangkar yang sudah terpaut dalam”
“aku siap setiap detik kau
siap, tapi kau tak pernah siap”
“kehancuranmu adalah awal
kesadaranmu”
“dan lihatlah kini kamu jadi ksatria
sejati. Jatuh tapi mampu bangkit, melesat tapi tidak hancur”
Hingga
novel ini berakhir seolah kisah Rana dan Ferre belum usai, hingga dulu aku
menantikan lanjutannya. (itu dulu waktu belum ngeh kalau Supernova memang
rumit.) Meski rumit, buku ini adalah buku favorit keduaku di masa itu, setelah seri Harry Potter tentunya.
No comments:
Post a Comment